R. A. Maria Soelastri Sosroningrat f. 22 april 1898 d. 18 september 1975
Fra Rodovid NO
Slektsnavn | Paku Alam III |
Kjønn | Kvinne |
Fullt navn (ved fødsel) | R. A. Maria Soelastri Sosroningrat |
Foreldre |
Hendelser
22 april 1898 fødsel: Yogyakarta
barnefødsel: ♀ R. A. Mardoesari [Darmosapoetro]
barnefødsel: ♂ Raden Mas Constantinus Satrijo [Darmosapoetro]
barnefødsel: ♂ Raden Mas Aloysius Prijohoetomo [Darmosapoetro]
barnefødsel: ♀ R. A. Catharina Soeharti [Darmosapoetro]
barnefødsel: ♀ R. A. Margareta Widihastoeti [Darmosapoetro]
barnefødsel: ♂ Raden Mas Petrus Canisius Pulunggono [Darmosapoetro]
barnefødsel: ♂ Raden Mas Ignatius Soesanto [Darmosapoetro]
barnefødsel: ♂ Raden Mas Augustinus Soejanadi [Darmosapoetro]
barnefødsel: ♀ Raden Ajeng Melani [Darmosapoetro]
barnefødsel: ♂ Raden Mas Franciscus Xaverius Prahasto [Darmosapoetro]
barnefødsel: ♀ R. A. Henriette Arbiati [Darmosapoetro]
barnefødsel: ♂ Raden Mas Benedictus Soetarjono [Darmosapoetro]
barnefødsel: ♀ R. A. Georgia Srikanali [Darmosapoetro]
ekteskap: ♂ Raden Mas Jacobus Soejadi Darmosapoetro [Darmosapoetro]
18 september 1975 død: Semarang
begravelse: Kompleks Gua Maria Kerep, Ambarawa, Semarang
Notater
Sedari kanak-kanak hingga remaja, Maria Soelastri begitu tertarik mempelajari budaya bangsa lain, termasuk diantaranya budaya barat, untuk menjawab rasa ingin tahu beliau kenapa tanah air Indonesia dikuasai bangsa barat. Sebaliknya, ayahanda beliau, Pangeran Sasraningrat, sangat menaruh minat pada Kesusasteraan Jawa Kuno dengan pergolakan-pergolakan dan perubahan jamannya. Kegiatan beliau dalam bidang jurnalistik membawa beliau berkenalan dengan tamu-tamu dari luar daerah, juga dari Batavia. Salah satunya adalah Dr. Hazeu, penasehat urusan pemerintahan jajahan, yang membawa serta seorang anggota Misi Gereja Katolik untuk Jawa Tengah yaitu Romo van Lith. Romo van Lith yang kemudian sering berkunjung untuk mempelajari Sastra Jawa, adat istiadat dan kebudayaan Jawa.
Th. 1906 dengan rekomendasi Romo van Lith dan disetujui ibunda B.R.A. Sasraningrat masuklah Ibu Maria Soelastri ke Europeese Meisjesschool dari Ordo Suster Fransiskanes Kidul Loji Mataram, Yogyakarta.
Dari sejarah keluarga Maria Soelastri ini, dan dari lingkungan dan komunitas keluarga yang banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh pendidikan pada masa itu, tentu menjadi mudahlah bagi kita untuk dapat memahami sifat dan sikap nasionalisme Maria Soelastri yang kental, amat peduli pada rakyat kecil dan berpikiran maju. Perasaannya yang halus dan mudah tersentuh pada penderitaan kaum lemah begitu kuat, yang kemudian mendorong untuk melakukan suatu tindakan nyata bagi orang-orang di sekitarnya. Secara khusus perhatiannya tercurah pada buruh perempuan di pabrik cerutu Negresco dan pabrik gula di Yogyakarta dan usaha untuk mencarikan jalan keluar bagi kesejahteraan dan masa depan mereka. Dari kaum buruh inilah usaha peningkatan derajat dan martabat wanita pada umumnya dan wanita katolik pada khususnya dimulai.
Saat awal didirikannya Poesara Wanita Katholiek – kelak menjadi Wanita Katolik RI – bersama teman-temannya pada tanggal 26 Juni 1924, yang terpilih sebagai ketua pertamanya adalah adik Maria Soelastri, yaitu R.A. Catharina Soekirin Sasraningrat karena R.A. Maria Soelastri bertempat tinggal di Magelang. Terlihat betapa Maria Soelastri ini amat ‘sepi ing pamrih’ (tak punya pamrih atau ambisi pribadi), namun sepak terjangnya dalam membela kaum buruh dan kegigihannya itu membuatnya mendapat julukan ‘singa betina’ yang amat disegani.
Th. 1914 Ibu R.Ay. Maria Soelastri Sasraningrat dipersunting oleh Dokter Hewan R.M. Jacobus Soejadi Darmosapoetro, yang meskipun seorang pegawai negeri dalam pemerintahan tetapi berideologi politik melawan Politik Kapitalis Kolonial.
Ketika Wanita Katolik RI merayakan ulangtahunnya yang ke-50 di tahun 1974, Maria Soelastri menuliskan sebagian dari pengalaman perjuangannya, dengan antara lain menulis :
Sebagai langkah perjuangan yang pertama Ibu (Maria Soelastri – red) menemui pengusaha-pengusaha Belanda dari Pabrik Cerutu dan Pabrik Gula di Yogyakarta yang kedua-duanya juga beragama katolik. Buruh kedua pabrik ini sebagian besar terdiri dari buruh wanita. Pertemuan berlangsung dalam suasana damai. Pembicaraan diadakan dari hati ke hati dengan berpedoman pada Ensiklik-ensiklik Gereja Katolik, antara lain Rerum Novarum dari Bapak Leo ke XIII di Roma dan Quadragesimo Anno dari Paus Pius XI. Sebagai hasil pembicaraan, dengan segera dibentuklah peraturan-peraturan di kedua belah pabrik tersebut untuk perbaikan nasib para buruhnya pada umumnya dan buruh wanita pada khususnya. Langkah berikutnya dari Organisasi Wanita Katolik meliputi kerja sama dengan Usahawan-usahawan Katolik Belanda untuk mengadakan segala macam perbaikan nasib para buruh. … (Maria Soejadi Darmosaputro Sasraningrat, 24-6-1974) – oleh Iswanti, Kodrat yang Bergerak
Kini buah pikiran dan gagasan ibu R.A. Maria Soelastri Soejadi Sasraningrat telah semakin dikembangkan dan diwujud-nyatakan secara meluas. Dari gagasan yang muncul dari seorang perempuan ningrat yang peduli pada kaumnya, dari sebuah tempat ikrar di Kidul Loji, Yogyakarta, kini telah meluas ke seluruh nusantara. Dan gagasan itu semakin dikembangkan oleh srikandi-srikandi masa kini yang mengambil tongkat estafet dari para pendahulunya, namun sampai sekarang gagasan inti tetap tak lekang oleh waktu, tertuang dalam visi misi organisasi Wanita Katolik RI : demi tercapainya kesejahteraan bersama serta tegaknya harkat dan martabat manusia, dengan dilandasi nilai-nilai Injil dan Ajaran Sosial Gereja.
R.A. Maria Soelastri wafat di Semarang tanggal 8 September 1975 dan dimakamkan di Kompleks Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA).
Fra besteforeldre til barnebarn
ekteskap: ♀ Bendoro Raden Ayu Suryodilogo [Pa.1.8.2]
tittel: 10 oktober 1878, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Prabu Suryodilogo
tittel: 20 mars 1883 - 6 november 1900, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam V
død: 6 november 1900, Kulon Progo