Kanjeng Sultan Hadiwijaya / Sultan Hadiwijoyo (Mas Karebet) d. ~ 1582

Fra Rodovid NO

Person:26353
Gå til: navigasjon, søk
Slektsnavn Pajang
Kjønn Mann
Fullt navn (ved fødsel) Kanjeng Sultan Hadiwijaya / Sultan Hadiwijoyo
Andre etternavn Mas Karebet
Andre fødselsnavn Jaka Tingkir / Sri Baginda Datuk Palembang
Foreldre

Ki Ageng Kebo Kenongo [Pengging]

Nyi Ageng Pengging [Pengging]

Hendelser

barnefødsel: Ratu Mas Banten [Sultan Hadiwijaya]

barnefødsel: Ratu Mas Adipati [Surabaya] [Sultan Hadiwijaya]

barnefødsel: Ratu Mas Kumelut [Sultan Hadiwijaya]

barnefødsel: Ratu Mas Japara [Sultan Hadiwijaya]

barnefødsel: Pangeran Sindusena / Kanjeng Pangeran Tumenggung Sindusena (Kanjeng Pangeran Haryo Sindusono) [Sultan Hadiwijaya]

barnefødsel: Sumoningrat [?]

barnefødsel: Ki Bimotjili [Hadiwidjoyo]

barnefødsel: Raden Arya Tambakbaya [Sultan Hadiwijaya]

barnefødsel: Kanjeng Pangeran Haryo Sindusono [Joko Tingkir]

barnefødsel: Pangeran Benawa / Sultan Prabuwijaya (AbdulHalim) [Sultan Hadiwijaya] d. 1587

barnefødsel: Pangeran Aryo Benowo / Abdulhalim [Pajang]

barnefødsel: Ratu Pembayun [Sultan Hadiwijaya]

barnefødsel: Putri (no 13) [?]

ekteskap: Raden Rara Wuragil / R Ajeng Sukartijah [Adipati Wirahutama IV - Wirasaba Yogjakarta]

ekteskap: 3.4.1.1.2. Ratu Mas Cempaka [Demak]

ekteskap: Raden Rara Wuragil / R Ajeng Sukartijah [Adipati Wirahutama IV - Wirasaba Yogjakarta]

ekteskap: 3.4.1.1.2. Ratu Mas Cempaka [Demak]

~ 1582 død:

Notater

Joko Tingkir bukanlah nama lahir melainkan gelar atau sebutan yang diberikan ketika Muhammad Hadi masih berusia muda. Menurut banyak pendapat, kata "Joko" atau "Jaka" dalam bahasa Jawa berarti "pemuda" dan kata "Tingkir" berasal dari nama daerah Tingkir. Dengan demikian nama "Joko Tingkir" bukanlah nama lahir, melainkan sebuah gelar atau sebutan yang diberikan untuk mewakili sosoknya. Beliau (Muhammad Hadi) memiliki banyak sekali gelar yang mayoritas berasal dari gelar yang diberikan kepada beliau oleh masyarakat sebagai bentuk-bentuk pengakuan, sehubungan dengan status beliau di dalam tatanan sosial kemasyarakatan sebagai seorang ulama, sultan, cendekiawan, saudagar, dan juga pejuang.


Fra besteforeldre til barnebarn

Besteforeldre
1. Asy. Sayyid Maulana Maliq Ibrahim
fødsel: 1297, Samarqand, Uzbekistan
konfirmasjon: Datang Ke Jawa tahun 1404
innvandring: WISATA ZIARAH KE SYEKH MAULANA MAGHRIBI PARANGTRITIS
ekteskap:
ekteskap: 4.3.1.2. Dewi Rasa Wulan-Cloning1
død: 1419, Desa Gapurosukolilo-Kota Gresik-Jawa Timur
Zainal Alam Barkat
fødsel: 1406, Johor, Malaysia
14. Syarief Ali Nurul Alam (Patih Arya Gajah Mada II)
fødsel: 1402, Chermin, Kelantan
ekteskap:
ekteskap:
tittel: 1432 - 1467, Pateh Arya Gajah Mada. Perdana Mantri of Kelantan-Majapahit II
begravelse: Pemakaman Gunung Santri - Cilegon - Banten
6. Maulana Muhammad Jumadil Kubra
fødsel: 1311, Nasarabad India
9. Syaikh Maulana Wali Islam
fødsel: 1317, Nasarabad India
2. Pangeran Pebahar As-Samarqandiy
fødsel: 1300, Samarkand, Uzbekistan
3. Fadhal As-Samarqandiy (Sunan Lembayung)
fødsel: 1302, Samarkand, Uzbekistan
5. Syekh Yusuf Shiddiq As-Samarqandiy
fødsel: 1307, Samarkand, Uzbekistan
12. Siti ‘Aisyah (Putri Ratna Kusuma)
fødsel: 1351, Kelantan, Malaysia
18. Sayyid Hasan Jumadil Kubra (1)
fødsel: 1413, Wajo, Sulawesi Selatan
tittel: 1453, Menjadi Syekh Mufti Kesultanan Gowa, bertepatan dengan wafatnya Sayyid Husain Jamaluddin Jumadil Kubra
død: 1591, Wajo, Sulawesi Selatan
19. Sayyid Husain Jumadil Kubra Al-Asghar
fødsel: 1443, Wajo, Sulawesi Selatan
15. 'Abdul Malik
fødsel: 1404, Johor, Malaysia
Muhammad Syamsudin Tabris Kebungsuan I (Pangeran Handayaningrat)
yrke: Pengging, Adipati Pengging bergelar Andayaningrat atau Ki Ageng Pengging I
ekteskap:
Besteforeldre
Foreldre
Ki Ageng Kebo Kenongo
fødsel: diputus ibunya : 25682
ekteskap: Nyi Ageng Pengging
Foreldre
 
== 3 ==
Kanjeng Sultan Hadiwijoyo / Joko Tingkir
tittel: 1568, Sultan Pajang
død: 1582
== 3 ==
Barn
Arya Pangiri ? (Sultan Ngawantipura)
ekteskap: Ratu Pembayun
ekteskap: Ratu Pembayun
tittel: 1583 - 1586, Pajang, Sultan Pajang II bergelar Sultan Ngawantipura
Pangeran Aryo Benowo / Abdulhalim
tittel: Sultan Pajang II
Pangeran Benawa / Sultan Prabuwijaya (AbdulHalim)
yrke: 1582, Adipati Jipang Panolan
tittel: 1586 - 1587, Pajang, Sultan Pajang II bergelar Sultan Prabuwijaya
død: 1587, Pajang
Kanjeng Pangeran Haryo Sindusono
fødsel: Level 1 = Putera; Adalah trah urutan pertama/putera dari (pancer) Kanjeng Sultan Pajang / Joko Tingkir 1568-1582 );
Pangeran Hariyo Permalat / Pangeran Aryo Pamalad
ekteskap: Ratu Mas Kumelut
yrke: 1669 - 1686, Tuban, Adipati Tuban XV / Bupati Mancanegara
Ki Juru Martani / Adipati Mandaraka (Mondoroko I)
fødsel: Versi 1 : http://www.jatiningjati.com/2009/08/akan-banyak-orang-yang-tidak-percaya.html Versi 2 : http://kincho-ngerang.blogspot.com/ Versi 3 : http://kiagengmandaraka.blogspot.com/2011/06/saya-pengagum-beliau.html
ekteskap: Ratu Mas Banten
tittel: 1601 - 1613, Mataram, Patih Kesultanan Mataram
død: 1615
Barn
Barnebarn
8. Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati / Raden Mas Jolang (Panembahan Seda ing Krapyak)
ekteskap: Dyah Banowati / Kanjeng Ratu Mas Hadi
ekteskap: Ratu Tulungayu
ekteskap:
tittel: 1601 - 1613, Kota Gede, Mataram, Sultan Mataram Ke 2 bergelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram
død: 1613
tittel: 1613, "Anumerta Panembahan Seda ing Krapyak"
Ki Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran
fødsel: Di Desa Brondong – Sedayu Lawas, atau Paciran Lamongan tepi laut utara Jawa. Kiyahi Ageng Brondong memiliki keturunan Raden Tumenggung Panji Tjokronegoro I, Bupati Sidoarjo yang pertama, diambil dari silsilah pangeran Lanang Dangiran Kyai Ageng Brondong kang sumareh ing pesarehan sentono Botoputih Surabaya. Pangeran Lanang Dangiran Kiyahi Ageng Brondong. Kang Sumareh Ing Pesarehan “Sentono Boto Putih” Surabaya Riwayat Hidup Kiyahi Ageng Brondong Botoputih Suroboyo. Konon dituturkan Pangeran Kedawung, disebut juga Sunan Tawangalun adalah raja di Blambangan atau dikatakan juga Bilumbangan. Beliau mempunyai 5 orang anak dan diantaranya ialah pangeran Lanang Dangiran. Diceritakan bahwa Lanang Dangiran pada usia 18 tahun bertapa dilauy dan menghanyutkan dirinya diatas sebuah papan kayu sebuah beronjong (alat penangkap ikan), tanpa makan atau minum, arus air laut dan gelombang membawa Lanang Dangiran hingga dilaut jawa dan akhirnya suatu taufan dan gelombang besar melemparkan Lanang Dangiran dengan beronjongnya dalam keadaan tidak sadar, disebabkan karena berbulan-bulan tidak makan dan minum, dipantai dekat Sedayu. Seluruh badannya telah dilekati oleh karang, keong serta karang-karang (remis) sehingga badan manusia itu seolah-olah ditempeli dengan bakaran jagung yang disebut dengan bahasa jawa “Brondong” Badan Pangeran Lanang Dangiran diketemukan oleh seorang kiyahi yang bernama Kiyahi Kendil Wesi. Pangeran Lanang Dangiran dirawat oleh Kiyahi Kendil Wesi serta istrinya dengan penuh kasih sehingga sadar kembali dan akhirnya menjadi sehat seperti sediakala. Pangeran Lanang Dangiran menceritakan asal-usulnya kepada Kiyahi Kendil Wesi. Setelah Kiyahi Kendil Wesi mendapat keterangan tentang asal usulnya Pangeran Lanang Dangiran, maka diceritakan oleh Kiyahi tadi bahwa ia juga asal keturunan dan raja-raja di Blambangan yang bernama Menak Soemandi dimana beliau masih satu keturunan dengan Lanang Dangiran. Lanang Dangiran tinggal dan kumpul dengan Kiyahi Kendil Wesi, dan dianggap sebagai anaknya kiyahi sendiri. Pangeran Lanang Dangiran memeluk agama Islam, karena rajin dan keteguhan imannya serta keluhuran budinya serta kesucian hatinya, maka tidak lama pula ia dapat tampil kemuka sebagai guru Agama Islam, Pangeran Lanang Dangiran berisitrikan putrid dan Ki Bimotjili dan Panembahan di Cirebon yang asal usulnya dituliskan sebagai berikut : Pangeran Kebumen Bupati Semarang, berisitrikan putrid dan Sultan Bojong, bernama Prabu Widjaja (Djoko Tingkir). Ki Bomotjili adalah salah satu seorang putra dan Pangeran Kebumen tersebut diatas, seorang putri dan Ki Bimotjilimi bersuamikan Pangeran Lanang Dangiran alias Kiyahi Brondong (dimakamkan di Boto Putih). Nama Brondong diperoleh karena ia diketemukan oleh Kiyahi Kendil Wesi badannya dilekati dengan “Brondong” Kiyahi Kendil Wesi yang waspada dan mengetahui nasib seseorang, mengatakan kepada Lanang Dangiran yang sudah mendapat sebutan Kiyahi Brondong dan masyarakat sekitar tempat Kiyahi Kendil Wesi, supaya pergi ke Ampel Dento Suroboyo, dan meluaskan ajaran Agama Islam, karena di Surabaya Kiyahi Brondong kelak akan mendapat kebahagiaan serta turun temurunnya kelak akan timbul dan tambah menjadi orang-orang yang mulya. Kemudian Kiyahi Brondong dengan istrinya dan beberapa anaknya yang masih kecil pergi ke Surabaya dan pada Tahun 1595 menetap diseberang timur kali Pegiri’an, dekat Ampel ialah Dukuh Boto Putih (Batu Putih) ditempat baru inilah Kiyahi Brondong mendapatkan martabat yang tinggi dan masyarakat, karena keluhuran budinya Kiyahi Brondong (pangeran Lanang Dangiran) wafat pada tahun 1638 dalam usia + 70 tahun dan meninggalkan 7 orang anak, diantaranya 2 orang laki-laki yaitu : Honggodjoyo dan Honggowongso. Bupati Sidoarjo yang pertama adalah keturunan dan Honggodjoyo, Kiyahi Ageng Brondong (Pangeran Lanang Dangiran) dikebumikan ditempat kediamannya sendiri di Botoputih Surabaya makamnya dimulyakan oleh putra-putranya dan selanjutnya dihormati oleh turun-turunnya hingga kini. Semoga arwah beliau diterima Allah Swt, dan Allah Swt juga memberikan kepada seluruh keturunannya Kiyahi Ageng Brondong kemulyaan, kesehatan dan kesejahteraan sebagaimana beliau senantiasa mendoakan cucu cicitnya selama hidupnya. Ada hal penting yang anda ketahui bahwa bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Sidoarjo, pejabat Pemerintah Kabupaten Sidoarjo beserta rombongan merupakan agenda rutin berkunjung ke : Pesarean Asri ing Pendem untuk nyekar ke makam Bupati pertama Sidoarjo Raden Tumenggung Panji Tjokronegoro I wafat tahun 1863 Ke Pesarehan keluarga Tjondronegoro (belakang masjid Djamik/ Agung Sidoarjo) nyekar Raden Adipati Aryo Panji Tjondronegoro I wafat tahun 1906 Langsung menuju Pesarehan Boto Putih Surabaya ke makam Raden Tumenggung Adipati Aryo Tjondronegoro II (Kanjeng Djimat Djokomono).
tittel: Surabaya, Pangeran Lanang Dangiran / Kyai Ageng Brondong sebagai PANCER = yaitu Leluhur/nenek moyang Trah Kasepuhan & Kanoman Surabaya / sebagai cikal bakal / pakem Sejarah Kasepuan – Kanoman Surabaya, atau Level 1 = Putera ke 2 Pangeran Kedawung ;
ekteskap: Nyai Ageng Brondong
død: 1638
Nyai Ageng Brondong
fødsel: Sedayu - Lawas / Lamongan, Puteri Ki Bimotjili dari Djungpangkah (Ujungpangka) di Sedayu Lawas Surabaya.
ekteskap: Ki Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran
R Harya Tambakbaya
fødsel: Level 2 = Cucu; Adalah trah urutan ke 2 dari (pancer) Kanjeng Sultan Pajang / Joko Tingkir 1568-1582 );
Pangeran Radin
fødsel: DIPUTUS AYAHNYA : 26361
Pangeran Dalem
yrke: 1700 - 1707, Tuban, Adipati Tuban XVII
Barnebarn

Personlige verktøy
Andre språk